Hormatilah Pemimpin dan Hiduplah Selalu Dalam Damai Seorang dengan yang Lain
Kapan Tuhan Yesus datang kembali? Ini menjadi pertanyaan semua orang Kristen sejak masa lampau hingga kini. Tidak ada seorangpun yang tahu secara pasti, sebab ini merupakan misteri Allah. Namun, reaksi orang terhadap pertanyaan tersebut berbeda-beda. Demikian halnya Jemaat di Tesalonika. Mereka adalah orang-orang yang bertobat dan meninggalkan penyembahan berhala dan menjadi penyembah Tuhan. Jemaat menghadapi tekanan dan penganiayaan, sebab itu mereka ingin sekali Tuhan segera datang agar mereka bisa hidup di sorga. Keinginan ini membuat mereka menjadi lemah, malas dan tidak lagi giat bekeija dalam Injil. Setiap hari mereka hanya menunggu-nunggu kedatangan Tuhan.
Rasul Paulus mengirimkan surat dan menasihati mereka untuk hidup benar seperti yang Tuhan kehendaki. Menanti kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak boleh dilakukan secara pasif, bermalasan dan menunggu saja. Menanti Tuhan harus dilakukan secara aktif, tekun mengerjakan setiap tugas dan tanggungjawab seperti yang Tuhan kehendaki. Iman harus berbuah dalam tindakan. Sebab, kita tidak pernah tahu kapan Tuhan datang, tapi satu hal yang pasti, Tuhan mau Ia mendapati kita beriman dan hidup benar ketika Ia kembali sebagai Hakim atas semesta.
Termasuk dalam kehidupan kita, sebagai remaja kristen. Kita sedang menanti Tuhan datang kembali. Penantian ini harus diisi dengan perbuatan baik yang memuliakan Tuhan, menjadi berkat bagi pelayanan gereja dan orang banyak, serta berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Remaja gereja harus hidup bertanggungjawab, kudus dan bermanfaat.
Ada dua hal yang ditekankan. Pertama, hormati pemimpin. Nasihat ini mengingatkan kita, pentingnya memiliki sikap menghormati orang lain, apalagi mereka yang memandu kita untuk melakukan apa yang benar. Menghormati adalah tindakan sopan yang lahir dari sikap menghargai nasihat dan menerima didikan. Jadi, kita tidak bisa menghormati jika bertindak egois, sombong, keras hati dan menolak nasihat. Sikap seperti ini justru merugikan diri sendiri, sebab kita pasti gagal bertumbuh bijaksana dan bertambah dan kebajikan.
Kedua, hidup damai dengan orang lain. Sekarang ini tindak kejahatan merajalela. Kasus kekerasan, bully, pelecehan, perdagangan manusia (prostitusi Online) dan banyak lagi yang lain. Di tengah keadaan ini, Tuhan mau kita menjadi pembawa damai. Membawa damai bukan sebatas bersikap tenang dan tidak bertengkar dengan orang lain. Melainkan menjadi pelaku kebenaran sehingga keberadaan kita dapat menjadi teladan bagi orang lain. Melalui tindakan nyata, kita menjaga kekudusan hidup dalam Tuhan. Kita meneladankan cara hidup yang tidak membalas jahat dengan jahat, bersukacita dalam segala keadaan, bertekun dalam doa serta selalu mengucap syukur.
Untuk dapat melakukan semua itu, kita membutuhkan pertolongan Tuhan. Perbuatan baik tidak bisa dilakukan dengan mengandalkan kemampuan sendiri sebab ada banyak tantangan dan godaan yang membuat kita jatuh. Firman Tuhan menasihati, โjangan padamkan Rohโ. Hidup kita harus dipimpin Roh Tuhan, supaya kita bisa menguji segala sesuatu berdasarkan pada kehendak Tuhan dan berpegang pada yang baik dan menjauhkan diri dari segala kejahatan.
Kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan datang kembali. Kita juga tak perlu berdebat tentang hal ini, sebab kedatangan Tuhan adalah rahasia Tuhan. Tetapi yang penting dan wajib kita lakukan adalah mempersiapkan diri setiap waktu agar ketika Tuhan datang, Ia mendapati kita layak untuk kehidupan kekal. Mempersiapkan diri bukan tentang fisik dan materi, melainkan kualitas hidup beriman yang menjadi garam dan terang di tengah dunia. Amin.