Orang Bertobat dengan Melakukan Keadilan dan Kebenaran Pasti Hidup
Adik-adik remaja dan kakak-kakak Pembina yang diberkati Tuhan,
Pernahkah kalian merasa kesal karena sudah memperingatkan teman, tapi mereka tetap melakukan hal yang salah? Atau mungkin kalian justru memilih diam karena takut dianggap sok tahu? Dalam bacaan kali ini, Tuhan berbicara kepada Yehezkiel dan menugaskannya sebagai penjaga bangsa Israel. Ayat 1-6 menjelaskan bahwa seorang penjaga harus memperingatkan umat ketika ada bahaya yang datang. Kalau ia memperingatkan tapi orang itu tidak mau bertobat, maka dosanya bukan tanggung jawab si penjaga. Tapi jika penjaga diam saja, maka Tuhan akan menuntut darah orang itu darinya. Tuhan sedang mengajarkan bahwa kita semua memiliki tanggung jawab untuk saling memperingatkan dalam kasih, supaya tidak ada yang binasa dalam dosa.
Sebagai remaja Kristen, kita bukan hanya dipanggil untuk hidup benar, tetapi juga menjadi penjaga bagi sesama. Kita dipanggil untuk peduli dan mengingatkan teman yang hidupnya mulai jauh dari Tuhan. Bukan dengan cara kasar atau menghakimi, tapi dengan kasih dan ketulusan. Karena kasih yang sejati tidak membiarkan orang yang kita sayangi berjalan ke arah yang salah.
Lalu di ayat 7-9, Tuhan secara langsung menyatakan Yehezkiel sebagai penjaga bagi kaum Israel. Artinya, peringatan ini tidak hanya berlaku secara umum, tetapi sangat personal. Tuhan ingin Yehezkiel sadar bahwa diam terhadap dosa berarti ikut bertanggung jawab atas akibatnya. Ini juga berlaku bagi kita hari ini. Kalau kita tahu ada teman yang hidup dalam kebiasaan buruk, tapi kita memilih diam saja, maka kita telah lalai menjalankan tanggung jawab kita sebagai sesama anggota tubuh Kristus. Tuhan mengajak kita untuk berani menyampaikan kebenaran dalam kasih, sebagai wujud nyata kepedulian kita. Sebab menjadi bagian dari Remaja GMIM bukan sekadar soal hadir dan saling menyapa saat persekutuan, saat bakudapa di perkemahan, saat ada di kolom yang sama, tetapi juga soal menghidupi tanggung jawab rohani yaitu saling menjaga, saling memperingatkan, dan saling menolong untuk tetap hidup dalam kebenaran Tuhan.
Selanjutnya di ayat 10-11, kita membaca ungkapan keluhan umat Israel yang berkata, "Pelanggaran dan dosa kami sudah tertanggung atas kami dan karena itu kami merana, bagaimana kami dapat tetap hidup?". Tapi lihat bagaimana Tuhan menjawab mereka dengan kasih-Nya: "Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan supaya orang fasik itu berbalik dari kelakuannya dan hidup." Ini adalah pernyataan luar biasa dari hati Tuhan. Dia bukan Allah yang ingin menghukum, tetapi Allah yang ingin menyelamatkan. Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi siapa saja yang mau bertobat.
Pertobatan yang dimaksud di sini bukan sekadar ucapan di bibir, tapi perubahan hidup nyata. Ayat 12-16 mengajarkan bahwa orang benar yang berpaling dari kebenaran dan hidup dalam dosa, tidak akan diselamatkan hanya karena masa lalunya baik. Sebaliknya, orang fasik yang bertobat dan hidup benar, maka dosanya tidak diingat lagi. Tuhan melihat hidup kita hari ini. Bukan siapa kita dulu, tetapi siapa kita sekarang di hadapan-Nya. Inilah keadilan Tuhan yang sempurna. Tidak berat sebelah, dan selalu terbuka bagi siapa saja yang mau berubah, mau bertobat dengan sungguh-sungguh.
Adik-adik remaja dan kakak-kakak Pembina yang diberkati Tuhan,
Ayat-ayat ini juga menyebut bahwa pertobatan itu harus disertai tindakan. Misalnya, orang fasik yang mengembalikan barang rampasan, berhenti menindas orang, dan hidup menurut hukum Tuhan. Ini adalah pesan penting bahwa pertobatan harus bisa dilihat dalam tindakan sehari-hari: kejujuran, kerendahan hati, dan kesediaan untuk memperbaiki kesalahan. Pertobatan tidak hanya berhenti pada pengakuan akan dosa kita namun harus nampak dalam perubahan hidup ke arah yang sesuai hukum dan peraturan Tuhan.
Di ayat 17-20, umat Israel merasa jalan Tuhan tidak adil. Tapi Tuhan justru membalikkan tuduhan itu dan menunjukkan bahwa yang tidak adil justru jalan hidup mereka sendiri. Ini menjadi pengingat bahwa sering kali kita menyalahkan Tuhan padahal kita sendiri yang tidak mau berubah. Tuhan adil. Ia menilai manusia dari sikap dan pilihannya setiap hari. Dan yang terpenting: Tuhan selalu membuka jalan untuk kita bertobat dan hidup benar.
Adik-adik remaja dan kakak-kakak Pembina yang diberkati Tuhan,
Melalui bacaan ini kita belajar bahwa Tuhan bukan hanya memberi peringatan, tetapi juga memberikan harapan. Kita bisa kembali kepada-Nya hari ini juga. Tidak ada kata terlambat. Pertobatan sejati ditandai dengan perubahan hidup dan tindakan yang adil dan benar. Dan bukan hanya untuk diri sendiri, kita juga dipanggil untuk menjadi penjaga yang setia, menjadi teman yang mengingatkan dalam kasih, dan menjadi terang di tengah dunia yang gelap.
Sebagai bagian dari warga gereja dan negara, pertobatan kita tidak berhenti di ranah pribadi saja. Melalui tema bulan ini, kita diajak untuk semakin menyadari bahwa melakukan kebaikan, keadilan, dan kebenaran adalah wujud nyata dari kecintaan kita kepada gereja dan bangsa. Remaja GMIM dipanggil bukan hanya menjadi anak Tuhan di dalam gereja, yang saat kegiatan gereja aktif namun dalam keseharian malah ikut pergaulan yang salah. Sebagai Remaja GMIM kita dipanggil menjadi bagian dari warga negara yang membawa terang di manapun kita berada. Mulailah dari lingkungan sekolah, masyarakat, dan juga melalui media sosial yang kita gunakan. Saat kita jujur, adil, mau berbagi, dan tidak diam melihat ketidakbenaran, kita sedang menunjukkan bahwa kasih Tuhan memampukan kita untuk menjadi agen perubahan yang membangun gereja dan bangsa ini.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.