Yesus adalah Terang Dunia
Saudara-saudara yang dikasihi dalam Kristus,
Bayangkan sejenak Anda berada di sebuah gua yang gelap gulita. Tidak ada secercah cahaya pun yang masuk. Anda meraba-raba dalam kegelapan, tersandung, terjatuh, dan tidak tahu ke mana harus melangkah. Tiba-tiba, seseorang datang membawa obor yang menyala terang. Dalam sekejap, seluruh gua terang benderang. Anda dapat melihat jalan, menghindari bahaya, dan menemukan pintu keluar. Itulah gambaran yang ingin Yesus sampaikan ketika Dia berdiri di halaman Bait Suci dan memproklamasikan dengan penuh otoritas: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Pernyataan ini diucapkan pada momen yang sangat dramatis. Bayangkan suasana Pesta Pondok Daun di Yerusalem. Di Pelataran Wanita, empat kaki pelita emas raksasa dinyalakan, menghasilkan cahaya yang begitu terang hingga menerangi seluruh kota yang terletak di atas bukit. Ritual megah ini mengingatkan bangsa Israel akan Tiang Api yang memimpin nenek moyang mereka di padang gurun. Namun di tengah kemegahan ritual keagamaan ini, Yesus berdiri dan menyatakan sesuatu yang mengejutkan: "Akulah terang yang sesungguhnya. Bukan pelita-pelita emas ini, bukan ritual-ritual megah ini, tetapi Akulah yang kalian cari dan nantikan."
Pernyataan Yesus ini bukan sekadar klaim biasa. Dalam bahasa Yunani, Dia menggunakan frasa "Ego Eimi" - "Aku Ada" - yang merupakan gema langsung dari nama Allah sendiri dalam Perjanjian Lama. Ketika Musa bertanya kepada Allah di semak yang menyala, "Siapakah nama-Mu?" Allah menjawab, "AKU ADALAH AKU." Kini, Yesus menggunakan frasa yang sama. Dia tidak berkata, "Aku membawa terang" atau "Aku mengajarkan tentang terang," melainkan "AKULAH terang dunia." Ini adalah klaim keilahian yang mutlak, sebuah proklamasi yang menggetarkan fondasi kepercayaan religius pada masa itu.
Mari kita renungkan lebih dalam makna terang dalam konteks kehidupan kita. Terang memiliki sifat yang unik - ia tidak pernah berkompromi dengan kegelapan. Ketika terang hadir, kegelapan harus pergi. Tidak ada negosiasi, tidak ada kompromi. Demikian pula dengan Kristus. Kehadiran-Nya dalam hidup kita adalah invasi terang ilahi yang mengusir kegelapan dosa, kebingungan, dan keputusasaan. Namun perhatikan baik-baik janji yang Yesus berikan: "Barangsiapa mengikut Aku, ia TIDAK AKAN berjalan dalam kegelapan." Dalam bahasa aslinya, Yesus menggunakan negasi ganda "ou mē" - bentuk penolakan terkuat dalam bahasa Yunani. Ini adalah jaminan mutlak, kepastian absolut bahwa mereka yang mengikut Dia tidak akan pernah dikuasai oleh kegelapan.
Tetapi ada syarat yang menarik di sini: "barangsiapa mengikut Aku." Kata "mengikut" dalam bahasa Yunani menggunakan bentuk present continuous, yang menunjukkan tindakan berkelanjutan. Yesus tidak berbicara tentang keputusan sesaat atau pengalaman emosional temporer. Dia berbicara tentang komitmen seumur hidup, perjalanan yang terus-menerus, relasi yang hidup dan dinamis. Mengikut Kristus bukanlah seperti membeli tiket kereta api yang sekali beli langsung sampai tujuan. Ini lebih seperti mendaki gunung bersama pemandu - setiap langkah memerlukan kepercayaan, setiap belokan memerlukan ketaatan, setiap tanjakan memerlukan ketekunan.
Respons orang-orang Farisi terhadap klaim Yesus ini sangat menarik untuk kita pelajari. Mereka langsung menantang: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu sendiri, kesaksian-Mu tidak benar!" Mereka terjebak dalam legalisme, dalam aturan-aturan teknis tentang kesaksian yang sah menurut hukum Yahudi. Mereka begitu sibuk dengan detail hukum sehingga mereka gagal melihat Sang Pembuat Hukum berdiri di hadapan mereka. Bukankah ini sering terjadi pada kita juga? Kita begitu sibuk dengan ritual keagamaan, dengan aturan-aturan, dengan tradisi-tradisi, sehingga kita kehilangan esensi dari iman kita - yaitu relasi personal dengan Kristus yang hidup.
Yesus menjawab tantangan mereka dengan menegaskan bahwa kesaksian-Nya valid karena Dia tahu dari mana Dia datang dan ke mana Dia pergi. Lebih dari itu, Bapa yang mengutus Dia juga bersaksi tentang Dia. Di sini kita melihat misteri Trinitas - Bapa dan Anak bersaksi dalam kesatuan yang sempurna. Namun tragisnya, para Farisi tidak dapat memahami hal ini. Mereka bertanya dengan nada mengejek, "Di manakah Bapa-Mu?" Pertanyaan ini mengungkap kebutaan spiritual mereka yang mendalam. Yesus menjawab dengan tegas: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku."
Saudara-saudara yang terkasih, mari kita jujur mengevaluasi diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar mengenal Yesus, atau kita hanya tahu tentang Dia? Ada perbedaan besar antara mengetahui informasi tentang seseorang dengan mengenal pribadi tersebut secara intim. Anda bisa tahu segala fakta tentang Presiden - tanggal lahirnya, pendidikannya, kebijakannya - tetapi itu tidak berarti Anda mengenal dia secara pribadi. Demikian pula dengan Yesus. Kita bisa hafal seluruh Alkitab, kita bisa tahu semua doktrin teologi, tetapi jika kita tidak memiliki relasi personal dengan Dia, kita masih berjalan dalam kegelapan.
Kegelapan yang dimaksud Yesus bukan hanya kegelapan moral atau etis, tetapi kegelapan eksistensial - kehampaan makna, ketiadaan tujuan, kebingungan tentang identitas. Berapa banyak orang di zaman ini yang hidup dalam kemewahan materi tetapi mengalami kekosongan jiwa? Berapa banyak yang sukses secara profesional tetapi gagal menemukan makna hidup? Berapa banyak yang dikelilingi oleh ribuan "teman" di media sosial tetapi merasa kesepian yang mendalam? Inilah kegelapan zaman modern - bukan kegelapan fisik, tetapi kegelapan jiwa yang mencekam.
Kristus menawarkan "terang hidup" - bukan sekadar pencerahan intelektual atau perbaikan moral, tetapi hidup yang sesungguhnya. Terang ini membawa transformasi total. Ketika terang Kristus masuk dalam hidup seseorang, terjadi perubahan fundamental. Prioritas berubah, nilai-nilai berubah, cara pandang berubah. Yang dulunya gelap menjadi terang, yang dulunya kabur menjadi jelas, yang dulunya tanpa arah menjadi terarah.
Namun perlu kita ingat bahwa menerima terang Kristus memiliki konsekuensi. Terang mengekspos. Terang menyingkapkan. Ketika terang Kristus masuk dalam hidup kita, Dia menyingkapkan dosa-dosa tersembunyi, motivasi-motivasi yang salah, kepalsuan-kepalsuan yang kita pertahankan. Ini bisa menyakitkan, tidak nyaman, bahkan menakutkan. Tetapi ini adalah proses penyembuhan yang diperlukan. Seperti dokter bedah yang memerlukan cahaya terang untuk mengoperasi tumor, Kristus memerlukan terang-Nya untuk menyembuhkan penyakit jiwa kita.
Lebih jauh lagi, ketika kita menerima terang Kristus, kita dipanggil untuk menjadi pembawa terang bagi orang lain. Yesus berkata di tempat lain, "Kamu adalah terang dunia." Perhatikan - bukan "kamu memiliki terang" tetapi "kamu adalah terang." Identitas kita berubah. Kita menjadi anak-anak terang. Dan sebagai anak-anak terang, kita memiliki tanggung jawab untuk menerangi kegelapan di sekitar kita.
Bagaimana caranya? Pertama, melalui kesaksian hidup kita. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak khotbah tentang terang; dunia membutuhkan melihat terang itu bersinar melalui kehidupan orang-orang yang mengaku mengikut Kristus. Ketika kita hidup dengan integritas di tengah korupsi, dengan kasih di tengah kebencian, dengan pengharapan di tengah keputusasaan, kita menjadi terang.
Kedua, melalui tindakan kasih yang konkret. Terang tidak hanya menerangi; terang juga menghangatkan. Ketika kita memberi makan yang lapar, mengunjungi yang sakit, menghibur yang berduka, menyuarakan keadilan bagi yang tertindas, kita menyalurkan terang Kristus ke dalam kegelapan penderitaan manusia.
Ketiga, melalui keberanian untuk berdiri bagi kebenaran. Di zaman ketika kebenaran menjadi relatif, ketika setiap orang memiliki "kebenarannya sendiri," kita dipanggil untuk menjadi saksi bagi Kebenaran yang absolut - Yesus Kristus. Ini mungkin membuat kita tidak populer, mungkin mengundang penolakan, tetapi inilah harga mengikut Sang Terang.
Saudara-saudara, dunia kita saat ini sangat membutuhkan terang Kristus. Lihatlah sekeliling kita - kekerasan merajalela, ketidakadilan sistemik, perpecahan memecah belah, kepalsuan merajai media sosial, depresi dan kecemasan mencapai tingkat epidemik. Kegelapan tampak semakin pekat. Tetapi ingatlah - semakin gelap malam, semakin terang bintang bersinar. Semakin pekat kegelapan dunia, semakin diperlukan terang Kristus melalui umat-Nya.
Panggilan Kristus hari ini tetap sama: "Ikutlah Aku, dan kamu tidak akan berjalan dalam kegelapan." Ini bukan undangan untuk kehidupan yang mudah atau nyaman. Mengikut Kristus mungkin membawa kita melalui lembah kekelaman, melalui jalan yang sulit, melalui pengorbanan yang berat. Tetapi kita tidak berjalan sendirian. Sang Terang berjalan bersama kita, di depan kita, memimpin setiap langkah kita.
Mari kita akhiri dengan komitmen yang baru. Jika Anda belum pernah menerima Kristus sebagai Terang hidup Anda, hari ini adalah waktunya. Jangan tunggu sampai kegelapan semakin pekat. Jika Anda sudah mengikut Kristus tetapi merasa cahaya-Nya meredup dalam hidup Anda, hari ini adalah waktu untuk pembaruan. Kembalilah kepada-Nya dengan segenap hati.
Ingatlah janji-Nya - jaminan mutlak bahwa kita TIDAK AKAN berjalan dalam kegelapan. Pegang teguh janji ini ketika badai kehidupan datang, ketika kegelapan mencoba menelan kita. Kristus, Sang Terang Dunia, telah mengalahkan kegelapan. Dan karena kita ada di dalam Dia, kita juga adalah pemenang. Mari kita hidup sebagai anak-anak terang, bersinar bagi kemuliaan-Nya, sampai hari itu tiba ketika kita akan tinggal selamanya di kota yang tidak memerlukan matahari atau bulan, karena kemuliaan Allah meneranginya, dan Anak Domba adalah lampunya. Amin.