Renungan Lansia GMIM
MENU
Renungan Lansia GMIM, 14-20 September 2025 - Renungan Lansia GMIM

Renungan Lansia GMIM, 14-20 September 2025

Matius 25:31-46

Orang Benar Akan Masuk ke dalam Hidup yang Kekal

Orang Benar Akan Masuk ke dalam Hidup yang Kekal

Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Masa tua adalah masa untuk tetap setia dan berbuah dalam kebenaran, karena hidup kekal adalah janji Tuhan bagi mereka yang hidup benar dan mengasihi sesama. Usia boleh menua, rambut boleh memutih tetapi kasih setia Tuhan Allah tetap baru setiap pagi. Injil Matius 25:31-46 membawa pesan yang sangat dalam dari Yesus Kristus sendiri mengenai “Penghakiman Terakhir.” Hal ini bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk mengingatkan bahwa hidup kita hari ini menentukan hidup kita nantinya. Ia menutup pengajaran-Nya dengan kalimat yang menggetarkan jiwa: “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Mat. 25:46)

Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Pertanyaannya: Siapakah orang benar itu? Dan bagaimana orangtua lanjut usia tetap bisa hidup sebagai orang benar? Injil Matius 25:31-46 menjelaskan tentang sebuah peristiwa besar yaitu Penghakiman Terakhir saat Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya. Dalam Perjanjian Lama ungkapan “Anak Manusia” mengacu pada manusia biasa. Dalam Kitab Yehezkiel, Nabi Tuhan itu disebut “anak manusia” hampir seratus kali. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus menggunakan ungkapan itu untuk menunjukkan sisi kemanusiaan-Nya (Mat. 8:20). Namun istilah ini juga menjadi simbol kemuliaan dan kekuasaan Yesus Kristus di masa mendatang (Mat. 24:30, 25:31).

Firman ini menjelaskan tentang penghakiman terakhir, ketika Yesus Kristus membedakan antara orang benar (domba) dan orang jahat (kambing). Keduanya adalah metafora (simbol). Domba (Yunani: probata, artinya lemah, patuh) dan Kambing (Yunani: eriphia, artinya keras kepala, liar). Yesus Kristus sebagai Gembala mengumpulkan semua bangsa dan Dia memisahkan domba dari kambing (Mat. 25:32). Domba di sebelah kanan adalah mereka yang melakukan tindakan bajik seperti: memberi makan orang lapar, memberi minum kepada yang haus, melawat yang sakit dan dalam penjara sehingga diakui-Nya sebagai orang benar. Kambing di sebelah kiri adalah mereka yang tidak melakukan perbuatan baik, tidak peduli terhadap sesama dan dianggap sebagai orang jahat oleh Yesus Kristus. Hal ini bukan soal besar kecilnya tindakan yang dilakukan, tetapi sikap hati yang peduli dalam kasih yang nyata.

Orang benar bukanlah orang yang sempurna atau yang tidak pernah jatuh. Orang benar adalah mereka yang percaya kepada Yesus Kristus dan hidup dalam pertobatan. Menunjukkan iman mereka melalui kasih kepada sesama dan setia dalam hal-hal sederhana yang dipercayakan. Kabar baiknya bagi para LANSIA adalah Tuhan Allah dalam Yesus Kristus tidak menilai dari apa yang tidak bisa dilakukan lagi, tetapi dari kesetiaan orang tua LANSIA untuk melakukan apa yang masih bisa dilakukan. Orang benar adalah manusia yang mempunyai keterbatasan intrinsik dalam kapasitasnya untuk memberikan kebaikan dan empati. Orang benar (Yunani: dikaioi) artinya orang-orang yang berperilaku benar, adil, tulus, dan lurus hati.

Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Masa tua bukan masa menepi melainkan sebagai masa emas untuk menabur kasih dan kebajikan sebagai warisan kekal. Apa saja buah dari kebenaran yang membenarkan?

  1. Menjadi Pendoa. Doa LANSIA adalah kekuatan rohani bagi keluarga dan gereja, mendoakan anak cucu, gereja dan pemerintah adalah pelayanan yang sangat berkenan di hadapan Tuhan.
  2. Teladan Hidup. Dalam ketenangan, kesabaran, kesetiaan, kemurahan hati dan ketekunan. Hidup LANSIA menjadi Alkitab yang terbuka.
  3. Kasih yang terus mengalir. Jangan remehkan keramahan, sapaan hangat atau makanan sederhana yang dibagikan, semua itu dicatat dalam Kerajaan Surga.

Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Injil Matius ditujukan untuk pembaca Yahudi (komunitas Matius) yang masih memandang dirinya sebagai bagian dari paguyuban Yahudi dan Injil ini memiliki ciri-ciri Yahudi sekalipun ditulis dalam bahasa Yunani. Pada umumnya para ahli menunjuk Antiokhia di Siria sebagai tempat penulisan. Karena Antiokhia memiliki populasi Yahudi yang sangat besar dan penduduknya mengerti bahasa Yunani dan bahasa Aram. Menurut William Hendriksen (ahli Perjanjian Baru), tujuan dari Injil Matius adalah untuk memenangkan bangsa Yahudi bagi Yesus Kristus.

Pada masa penulisan sekitar tahun 80-95 M, sebagian besar orang Yahudi yakin akan adanya hidup sesudah mati, namun ada juga yang tidak percaya yaitu orang Saduki. Mereka menolaknya karena hal itu tidak ada dalam hukum Taurat. Ada juga yang berpendapat bahwa hidup sesudah mati akan sama seperti hidup di dunia ini. Hidup (Yunani: Zoen) dan kekal (Yunani: aionion) artinya kehidupan yang tidak berhenti, tidak berakhir, berlangsung di luar masa waktu, tidak ada sakit dan tidak ada airmata.

Tetapi bagi orang percaya, menerima Kerajaan Sorga yang telah disediakan bagi orang benar sejak dunia dijadikan (Mat. 25:34) adalah upah yang dijanjikan oleh Bapa bagi mereka yang diberkati. Hidup kekal di Sorga bukan upah dari kehebatan sebagai manusia tetapi karena kesetiaan dalam melakukan setiap perkara kecil. Hidup kekal adalah janji Tuhan Allah yang pasti.

Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,

Setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi orang benar. Selama masih bernafas, mari hidup dalam kasih, jadikan masa tua sebagai masa penuh makna, masa menjadi berkat yang memuliakan Tuhan Allah. Kasih adalah kebaikan universal dalam melayani orang lain sebagai manifestasi melayani-Nya. Dan kebaikan akan berpindah dari Bumi ke Sorga saat Yesus Kristus datang. Mari kita berefleksi, Bersediakah Ibu, Bapak jika Tuhan Allah memanggil untuk masuk ke hidup yang kekal? Kalau bersedia mari kita isi hari-hari kehidupan dengan menghadirkan nilai-nilai kerajaan Sorga yang dibawa Yesus Kristus dimulai dari kehidupan keluarga. Amin.