Istri yang Takut akan Tuhan
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Manusia suka dipuji dan tidak mau dilecehkan adalah respons alami yang terkait erat dengan kebutuhan mendasar akan harga diri, pengakuan dan pembenaran agar dirinya diterima serta dihormati dalam pergaulan kehidupan sosial. Dunia seringkali memberikan standar penghormatan tertinggi terhadap seseorang pada penampilan fisik (luar/cantik/ganteng/keren), prestasi duniawi atau status sosial. Sehingga manusia cenderung mencari pujian dengan cara dunia seperti itu. Namun Firman Tuhan Amsal 31:10-31 memberikan standar yang berbeda. Kita diingatkan bahwa kecantikan fisik bersifat sementara dan bisa menipu. "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." Tuhan Allah memandang karakter, ketaatan dan sikap takut kepada-Nya sebagai keindahan (cantik,cakap,keren) yang sejati.
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Makna frasa "takut akan Tuhan" artinya adalah kekaguman yang mendalam, rasa hormat dan kesadaran akan kebesaran kuasa serta kekudusan Tuhan Allah. Takut bukan berarti gemetar ketakutan seperti berada dalam ancaman. Dasar takut akan Tuhan yang ditampilkan oleh isteri dalam Amsal 31:10-31 adalah sebagai berikut: 1. Dasar moral dan etika: Isteri bertindak dengan benar, sebab ia tahu ada mata Tuhan Allah yang selalu mengawasinya. 2. Sumber kebijaksanaan: Istri akan mencari dan menerapkan ajaran-Nya dalam rumah tangga dan hubungannya dengan suami serta anak-anak. 3. Motivasi untuk kebaikan: 4. Isteri selalu berbuat baik, bukan karena paksaan, tetapi karena keinginan hati yang tulus untuk menyenangkan Tuhan Allah dan orang-orang di sekitarnya.
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Ciri-Ciri Isteri yang takut akan Tuhan adalah: 1. Cakap dan berharga. "Isteri yang cakap, siapakah yang dapat menemukannya? Ia lebih berharga dari permata." Nilainya tidak bisa diukur dengan materi. 2. Kepercayaan Suami: "Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan." 3. Kesetiaan dan kebaikan: "Ia berbuat baik kepada suaminya, tidak pernah berbuat jahat." 4. Proaktif dan kreatif. 5. Manajemen Rumah Tangga yang Efektif. 6. Disiplin dan ketekunan: Ia bekerja dengan giat dan tidak malas ("mengikat pinggangnya dengan kekuatan," "tangannya memegang tukang pemintal"). 7. Murah hati dan peduli sosial: Perhatian pada yang Lemah: 8. Berhikmat dan Bijaksana. 9. Perkataan yang lemah lembut dan membangun.
Dengan karakter seperti di atas, maka seorang isteri yang takut akan Tuhan tidak harus tampil di panggung besar, tapi dalam kesetiaannya mengurus rumah, mendidik anak-anak, menghormati suami dan melayani sesama, serta memuliakan Tuhan Allah.
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Apa akibatnya Isteri yang takut akan Tuhan? Firman Tuhan mengatakan bahwa pujian atas karakter dan tindakannya jauh melampaui pujian atas penampilan fisik. Ia dihargai dan dihormati (Ayat 23, 28, 31). Suaminya dihormati karena memiliki istri yang luar biasa. Anak-anaknya bangga dan menyebutnya berbahagia. Ia dihormati di masyarakat (dikenal di pintu gerbang). Perbuatannya dipuji dia di depan publik. "Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang."
Artinya, Tuhan Allah tidak pernah melupakan jerih payah kita. Setiap kesetiaan, setiap air mata, setiap doa, semuanya ada upahnya di hadapan-Nya.
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Gambaran isteri yang ideal dalam Amsal 31:10-31 rasanya sangat sulit atau langka ditemukan pada isteri-isteri masa kini. Namun demikian, makna firman Tuhan ini bukan saja ditujukan kepada isteri saja, melainkan untuk segenap orang percaya. Sehingga menjadi acuan bagi semua orang percaya untuk mengusahakan penghormatan sejati, bukan saja oleh standar dunia tetapi terutama cara pandang Tuhan Allah. Di zaman sekarang, kita perlu lebih menghargai karakter daripada penampilan. Nilai seseorang bukan pada harta atau gelarnya, tapi pada kekudusan hidup dan kekaguman yang mendalam, rasa hormat dan kesadaran akan kebesaran kuasa serta kekudusan Tuhan Allah.
Ibu, Bapak LANSIA yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Apa artinya atau relevansinya firman Tuhan ini bagi kita sekarang ini? Bagi para isteri pertanyaannnya adalah: Apakah kita memiliki hati yang takut akan Tuhan? Marilah kita belajar dari istri yang cakap ini. Fokuslah pada pertumbuhan karakter rohani. Bangunlah hidup dalam takut akan Tuhan. Itu akan menjadi kekuatan dan kemuliaanmu. Jadilah mitra yang setia dan bijaksana bagi suami serta mengasihi anak-anak dengan kasih yang tulus, kelola rumah tangga dengan baik, tunjukkan kasih kepada sesama dan biarlah hikmat Tuhan Allah memancar melalui perkataan dan perbuatan kita. Ingatlah, nilai isteri tidak ditentukan oleh penampilan fisik saja, tetapi terutama oleh kedekatan kita dengan Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus.
Bagi para suami agar menghargai, menghormati dan mencintai isteri dengan tulus hati. Lihatlah lebih dari sekadar penampilannya. Berikan kepercayaan, dukungan dan pujian yang tulus atas segala kebaikan dan pengorbanannya. Bersamalah membangun rumah tangga yang takut akan Tuhan. Jadilah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab. Doakan dan lindungilah dia.
Bagi kita semua: Amsal 31:10-31 Mari kita memuliakan wanita bukan karena penampilan, karena kecantikan bisa pudar, tapi karakter yang takut Tuhan akan memancar sepanjang hidup dan memberikan teladan bagi kita semua tentang karakter yang mulia. Dunia berkata: "Cantik/ganteng itu luar biasa" Tetapi Firman Tuhan berkata: "Takut akan Tuhan jauh lebih indah dan kekal." Mari kita terapkan prinsip-prinsip ini, baik sebagai suami, istri, anak, maupun anggota jemaat. Biarlah hidup kita mencerminkan takut akan Tuhan dalam segala hal. Firman ini bukan hanya gambaran ideal tentang seorang istri, tetapi panggilan bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Ketika kita menjadikan Tuhan Allah sebagai pusat hidup, maka karakter kita akan dibentuk, hubungan kita akan diberkati dan hidup kita akan sejahtera serta bahagia sehingga menjadi kesaksian yang memuliakan nama-Nya.
Firman Tuhan berkata: "Anak-anaknya bangun dan menyebutnya berbahagia." Sebagai LANSIA, mungkin kita tidak bisa lagi memberi materi yang banyak, tapi kasih, doa dan teladan hidup adalah harta yang tidak ternilai. Anak-cucu mungkin tidak selalu mengingat berapa banyak uang yang kita beri, tapi mereka akan selalu mengingat doa, nasihat dan kasih yang kita tanamkan. Amin