Obor Pemuda GMIM
MENU
Renungan Obor Pemuda GMIM, 13 Desember 2025 - Obor Pemuda GMIM

Renungan Obor Pemuda GMIM, 13 Desember 2025

SOLI DEO GLORIA

"Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN. Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku."

โ€” Yesaya 60:6-7

SOLI DEO GLORIA

Sobat Obor,

Di dunia yang mengagungkan kesuksesan, banyak pemuda terjebak dalam ambisi. Namun Yesaya menubuatkan bahwa kekayaan bangsa-bangsa akan datang bukan untuk kemewahan, melainkan untuk kemuliaan Tuhan. Semua berkat harus kembali menjadi alat penyembahan.

Sobat obor, teologi Reformed mengajarkan Soli Deo Gloriaโ€”segala sesuatu untuk kemuliaan Allah. Harta, waktu, dan talenta adalah anugerah, bukan hasil kebetulan. Calvin menegaskan, manusia diciptakan untuk menjadi cermin yang memantulkan kemuliaan Tuhan. Ketika harta diserahkan kepada Allah, itu menjadi alat Injil, bukan jebakan dosa.

Johann Sebastian Bach (1685-1750) adalah seorang komposer, organis, dan musisi gereja asal Jerman, yang dianggap sebagai salah satu tokoh musik terbesar sepanjang masa, adalah contoh nyata seorang muda yang hidup berdasarkan prinsip Soli Deo Gloriaโ€”kemuliaan hanya bagi Allah. Sejak kecil ia mencintai musik, bukan untuk mencari popularitas, tetapi untuk menyembah Sang Pencipta. Ketika teman-temannya bermain, Bach menghabiskan waktu menyalin partitur dan belajar harmoni di bawah cahaya lilin. Ia sering berjalan bermil-mil hanya untuk mendengar musik gereja yang indah. Namun di balik kejeniusannya, ada hati yang rendah. Setiap kali ia menyelesaikan karya musik, Bach menulis di akhir partitur: S.D.Gโ€”Soli Deo Gloria. Bagi Bach, setiap nada adalah doa, setiap harmoni adalah persembahan. Ia tidak menulis untuk pujian manusia, tetapi agar setiap orang yang mendengar musiknya terangkat kepada Allah. Dalam masa muda yang penuh pergumulan, kehilangan orang tua, dan tekanan hidup, Bach tetap memegang satu keyakinan: hidup hanya berarti jika dijalani untuk kemuliaan Tuhan. Ia membuktikan bahwa talenta bukan untuk kebanggaan diri, melainkan alat untuk memuliakan Allah.

Sobat obor, gunakan berkatmu untuk tujuan ilahi. Belajarlah memberi, melayani, dan menggunakan karunia demi Kerajaan Allah. Saat Tuhan diberitakan melalui keberhasilanmu, itulah kekayaan sejati yang tak akan hilang. Kisah Bach mengingatkan pemuda masa kini bahwa kesuksesan sejati bukan ketika nama kita dikenal dunia, tetapi ketika hidup kita memantulkan kemuliaan Tuhan yang kekal. Amin (KK)