"Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti........."
— Mazmur 46:1-12
ALLAH TEMPAT PERLINDUNGAN DAN KEKUATAN
Sobat Obor,
Pada tahun 1529, Martin Luther menulis lagu Ein feste Burg ist unser Gott (A Mighty Fortress Is Our God), yang diilhami langsung dari Mazmur 46. Lagu ini lahir ketika Eropa dilanda ketegangan politik, ancaman perang, dan wabah penyakit. Bagi Luther, Mazmur 46 adalah pernyataan iman bahwa di tengah gejolak dunia, Tuhan tetap memerintah. Menurutnya, 'Mazmur ini adalah Mazmur kita, Mazmur Reformasi, kita menyanyikannya untuk melenyapkan rasa takut.'
Sobat obor, Mazmur 46 termasuk dalam kumpulan mazmur Bani Korah (Mzm. 42-49), yang memiliki tema besar tentang kehadiran Allah di Sion sebagai pusat keamanan umat. Superskripsi "Menurut Alamot" kemungkinan menunjuk pada register nada tinggi (paduan perempuan atau instrumen tertentu) yang digunakan dalam ibadah perayaan. Strukturnya terbagi dalam tiga stanza (ay. 2-4; 5-8; 9-12), masing-masing diakhiri sela, yang memperkuat fungsi liturgisnya. Teolog Franz Delitzsch dalam bukunya Biblical Commentary on the Psalms mengaitkannya dengan peristiwa pembebasan Yerusalem dari kepungan Asyur pada masa Raja Hizkia (701 SM; 2 Raj. 18-19). Dalam peristiwa itu, Allah menggagalkan serangan Sanherib, sejalan dengan tema Allah yang melindungi kota-Nya. Mazmur ini dinyanyikan oleh bani Korah suku Lewi yang bertugas memimpin ibadah bait Allah untuk mengingatkan umat bahwa perlindungan sejati bukanlah pada tembok kota atau kekuatan militer, melainkan pada Allah yang hadir di tengah umat-Nya. Pembukaan mazmur adalah deklarasi teologis yang kuat: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, penolong dalam kesesakan yang sangat terbukti." Kata Ibrani machaseh berarti tempat perlindungan yang dekat, aman dan dapat diakses saat bahaya. Pemazmur tidak menyebut Allah sebagai sumber kekuatan "kadang-kadang" atau "mungkin", tetapi sebagai penolong yang "terbukti" (ibr. nimsa me'od) telah terbukti dalam sejarah dan tidak pernah gagal. Iman yang sejati lahir bukan dari ketenangan tanpa masalah, melainkan dari pengalaman berjumpa dengan Allah yang setia di tengah krisis. Itulah sebabnya, walaupun bumi bergoncang, gunung-gunung beranjak ke dalam laut, dan ombak mengaum (ayat 2-3), umat Allah tidak perlu takut. Guncangan kosmik ini melambangkan kekacauan total, namun keyakinan umat berdiri di atas fondasi yang tidak tergoyahkan: Allah yang berdaulat atas ciptaan. Selain itu terdapat frasa "bangsa-bangsa ribut" (Ibr. hamu gowyim) melukiskan kegaduhan dan kekacauan politik internasional.
Namun, di tengah gejolak ini pemazmur menegaskan bahwa satu suara dari Allah "Ia memperdengarkan suara-Nya" sudah cukup untuk menghancurkan bumi, bermakna kedaulatan Allah melampaui semua kekuatan politik dan militer. Ayat 10 semakin menegaskan soal kemahakuasaan Allah ketika tiga tindakan ilahi digambarkan secara berurutan: Mematahkan busur (qeshet) simbol senjata jarak jauh, Memotong tombak (hanit) senjata jarak dekat, Membakar kereta-kereta perang (agalowt/merkavot) simbol kekuatan militer dan teknologi perang kuno. Ini menandakan bahwa tidak ada kekuatan manusia, bahkan yang paling canggih sekalipun yang dapat bertahan melawan penghakiman-Nya. Penutup perikop mazmur ini mengulang pengakuan iman: "TUHAN Semesta Alam menyertai kita, kota benteng (ibr: misgab) kita ialah Allah Yakub." Kata misgab menunjuk pada benteng tinggi yang tidak dapat ditembus musuh, menggambarkan keamanan mutlak bagi umat yang berlindung pada Allah.
Sobat obor, renungan ini hendak memberikan pesan firman bagi kita sebagai generasi muda: Saat kita diperhadapkan dalam "goncangan hidup" dalam bentuk apapun itu (studi, pekerjaan, ekonomi, cita-cita, cinta, sakit), jadikanlah TUHAN tempat perlindungan. Tidak ada tempat perlindungan yang lebih aman selain berlindung pada-Nya. TUHAN ADALAH SATU-SATUNYA PERLINDUNGAN DAN PERTOLONGAN. Selain itu memotivasi dan meneguhkan iman kita bahwa TUHAN ITU MAHA KUASA (Latin: omni potens), bahkan ditegaskan dengan frasa Tuhan semesta alam. Di akhir renungan ini ada kalimat bijak dari Teolog reformed Amerika Jonathan Edwards: "Ketika Allah menjadi benteng kita, maka badai apapun tidak dapat menggoyahkan hidup kita." Amin.