Obor Pemuda GMIM
MENU
Renungan Obor Pemuda GMIM, 2 November 2025 - Obor Pemuda GMIM

Renungan Obor Pemuda GMIM, 2 November 2025

PEROLEH DAN PELIHARALAH HIKMAT

"Dengarkanlah, hai anak-anak, didikan seorang ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengertian, karena aku memberikan ilmu yang baik kepadamu; janganlah meninggalkan petunjukku. Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, aku diajari ayahku, katanya kepadaku: 'Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup. Perolehlah hikmat, perolehlah pengertian, jangan lupa, dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku. Janganlah meninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah dia, maka engkau akan dijaganya. Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian. Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya. Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu.'"

— Amsal 4:1-9

PEROLEH DAN PELIHARALAH HIKMAT

Sobat Obor,

Ketika kita membaca Amsal 4:1-9, kita menemukan seruan seorang ayah yang penuh kasih kepada anak-anaknya agar mereka mencari dan memegang teguh hikmat. Ayat-ayat ini bukan sekadar nasihat kuno, melainkan harta rohani yang tak lekang oleh waktu. Hikmat yang dimaksud bukan sekadar kepintaran intelektual atau kepandaian duniawi, melainkan pengertian yang berasal dari takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Gambaran seorang ayah yang mengajar anak-anaknya mengingatkan kita bahwa iman dan kebenaran harus diwariskan dari generasi ke generasi. Sama seperti orang tua yang mengajarkan anaknya cara berjalan, berbicara, dan bekerja, demikian pula hikmat harus ditanamkan dalam kehidupan sejak dini. Hikmat bukan hanya dipelajari lewat buku, melainkan lewat kehidupan yang berpusat pada firman Tuhan. Inilah alasan mengapa penulis Amsal menegaskan, "Peganglah nasihatku dengan sungguh-sungguh, janganlah engkau melepaskannya." Dengan kata lain, hikmat adalah pusaka hidup yang menentukan arah perjalanan iman kita.

Sobat obor, teologi naskah dari bagian ini memperlihatkan bahwa hikmat bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah Allah yang harus direspons dengan kerendahan hati. Hikmat berbeda dari sekadar pengetahuan, sebab pengetahuan bisa menimbulkan kesombongan, tetapi hikmat menuntun pada ketaatan. Amsal 4 menekankan relasi yang erat antara mendengarkan, menerima, dan memelihara firman dengan hidup yang berkenan kepada Allah. Kata-kata "peroleh hikmat, peroleh pengertian, jangan lupa dan jangan menyimpang dari perkataan mulutku" (ay. 5) menegaskan aspek covenantal (perjanjian) antara Allah dan umat-Nya: mereka yang hidup dalam hikmat akan mengalami perlindungan, kemuliaan, dan mahkota kehidupan. Bahkan, ayat 9 menggambarkan hikmat seperti "karangan bunga yang indah di kepalamu" dan "mahkota kemegahan." Ini bukan hanya simbol kehormatan, melainkan tanda bahwa hidup yang takut akan Tuhan akan menghasilkan kemuliaan sejati. Dalam tradisi Calvinis, kita memahami bahwa hikmat adalah karya Roh Kudus yang menerangi hati kita untuk mengenal Kristus, Sang Hikmat sejati (1 Korintus 1:24,30).

Sobat obor, dalam kehidupan pemuda masa kini, godaan dunia sering membuat kita salah menilai arti kesuksesan. Banyak orang muda lebih memilih popularitas di media sosial, uang, atau pencapaian duniawi daripada membangun hidup yang berakar dalam hikmat Tuhan. Akibatnya, banyak yang pandai bicara, tetapi tidak bijak dalam bertindak; pintar membuat rencana, tetapi lemah dalam mengambil keputusan yang benar; tahu kebenaran, tetapi memilih jalan yang salah. Firman ini menegur kita bahwa hanya dengan hikmat dari Tuhanlah kita bisa melawan arus zaman yang penuh tipu daya. Pemuda yang mau mendengarkan firman dan taat pada ajaran Kristus akan menemukan bahwa hidupnya lebih terarah, hubungannya lebih sehat, dan masa depannya lebih terjamin. Hikmat bukan membuat kita terhindar dari masalah, tetapi menolong kita merespons setiap persoalan dengan cara yang benar. Dalam era digital yang serba instan, hikmat adalah filter rohani yang membuat kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang menyesatkan.

Sobat obor, marilah kita mengimplementasikan firman ini dengan komitmen nyata. Pertama, rajinlah mendengar dan membaca firman Tuhan, sebab dari situlah hikmat dipelajari. Kedua, peliharalah hikmat itu dalam hati dengan cara merenungkannya siang dan malam, bukan sekadar mengingat di kepala. Ketiga, hiduplah dalam komunitas iman yang saling menasihati, seperti seorang ayah yang meneguhkan anak-anaknya, agar kita tidak berjalan sendiri. Keempat, berdoalah agar Roh Kudus menolong kita menghidupi firman, sebab tanpa Dia kita tidak akan sanggup. Ingatlah, hikmat itu bukan sekadar untuk diri kita, tetapi juga untuk menjadi berkat bagi orang lain. Dunia butuh pemuda yang berhikmat, yang bukan hanya cerdas tetapi juga berkarakter Kristus. Biarlah hikmat itu menjadi mahkota kemuliaan yang menghiasi hidup kita, sehingga lewat setiap perkataan, keputusan, dan tindakan, orang dapat melihat Kristus yang hidup dalam diri kita. Dengan demikian, kita sungguh-sungguh telah memperoleh dan memelihara hikmat yang sejati. Amin.