Obor Pemuda GMIM
MENU
Renungan Obor Pemuda GMIM, 24 Oktober 2025 - Obor Pemuda GMIM

Renungan Obor Pemuda GMIM, 24 Oktober 2025

BUTA PADA KEBENARAN

"Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan Bapa, yang mengutus Aku, juga bersaksi tentang Aku. Maka kata mereka kepada-Nya: 'Di manakah Bapa-Mu?' Jawab Yesus: 'Engkau tidak mengenal Aku dan juga tidak mengenal Bapa-Ku; sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku.'"

— YOHANES 8:18-19

BUTA PADA KEBENARAN

Sobat Obor,

Terang dan gelap adalah simbol yang dikenal dalam hampir semua agama dan budaya. Gelap sering dikaitkan dengan kebutaan, ketidakpastian, tanpa harapan, ketakutan dan kematian. Karena manusia tidur saat malam, maka gelap juga dikaitkan dengan ketidaksadaran dan ketidaksiapan. Di belahan bumi lain, gelap dan musim dingin berkaitan: saat matahari sangat singkat menyinggahi bumi. Bumi menjadi dingin dan tidak produktif. Maka, gelap juga dikaitkan dengan kematian, dukacita dan ratapan. Masuk akal jika manusia menghargai terang dan siang. Terang menjadi simbol pencerahan, harapan, hidup, masa depan dan perubahan. Bahasa semua agama dan budaya penuh dengan kosa-kata seputar terang.

Tuhan Yesus bersaksi mengenai diri-Nya, sebagai Terang Dunia. Ini ditentang oleh orang-orang Farisi dan kelompoknya. Yesus mengerti untuk suatu kesaksian dianggap benar jika kesaksian itu diucapkan dua orang. Oleh sebab itu, maka Ia menyatakan bahwa ada yang lain yang bersaksi tentang diri-Nya. Bahwasanya Dia mengetahui bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang diri-Nya adalah benar. Pribadi yang bersaksi tentang itu adalah Bapa, yang mengutusNya.

Sobat obor, saat Yesus menyebut Bapa sebagai saksi yang menyatakan tentang pribadi Yesus, maka ini sebenarnya membantah keraguan dari orang farisi tentang sahnya kesaksian Yesus. Saat orang Farisi menuntut harus ada saksi lain maka Tuhan Yesus menyatakan Bapa-lah saksi itu. Oleh sebab itu, maka Ia menyatakan bahwa ada yang lain yang bersaksi tentang diri-Nya.

Sobat obor, inilah akibatnya jika hati telah dikuasai kebencian. Ia akan buta pada kebenaran dan abai pada nalar. Kisah ini mengingatkan kita untuk berbahagialah kita yang dengan tulus hati memberikan suatu kesaksian tentang diri-Nya, bahwa Bapa yang mengutus Dia, Yesus Kristus, Tuhan kita sudah mengutus-Nya sebagaimana di kehendaki dan ditetapkan-Nya sejak dari mulanya, karena Dia sudah lebih dahulu merendahkan diri-Nya memberi kesaksian yang benar bagi kita dan semua orang yang percaya kepada-Nya. Amin.