"Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua."
— Amsal 31:28-29
DIPUJI KARENA KARAKTER
Sobat Obor,
Bagian ini seringkali disebut sebagai "pujian bagi istri yang cakap." Namun, di balik pujian ini, kita menemukan prinsip-prinsip yang universal dan relevan bagi setiap kita, baik laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Dalam ayat-ayat ini, kita melihat dua kelompok orang yang memuji "istri yang cakap": anak-anaknya dan suaminya. Pujian ini bukan pujian kosong atau sekadar basa-basi. Pujian ini adalah hasil dari sebuah kehidupan yang nyata, yang dijalani dengan penuh hikmat, kerja keras, dan takut akan Tuhan.
Kata "berbahagia" di sini memiliki arti "diberkati" atau "diberkati secara ilahi." Anak-anaknya tidak hanya melihat ibunya sebagai orang yang patut dicontoh, tetapi mereka melihat bahwa hidup ibunya adalah bukti nyata dari berkat Tuhan. Mereka mengakui bahwa kehidupan yang penuh kasih, pengorbanan, dan teladan yang diberikan ibunya telah membentuk mereka menjadi pribadi yang baik. Ibu bukan hanya menyediakan kebutuhan fisik, tetapi juga kebutuhan rohani dan emosional. Ia mengajarkan nilai-nilai, menanamkan iman, dan mendoakan anak-anaknya. Hasilnya, anak-anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan dan menghormati orang tua. Pujian suami adalah pengakuan tertinggi. Suami yang melihat langsung kehidupan istrinya, setiap hari, dalam suka dan duka, memuji istrinya dengan tulus. Ia tidak membandingkan istrinya dengan orang lain, tetapi ia melihat bahwa istrinya memiliki kualitas yang unik dan luar biasa, yang melampaui "banyak wanita lain yang telah berbuat baik." Pujian ini menunjukkan bahwa sang istri telah menjadi penolong yang sepadan, partner yang setia, dan berkat yang tak ternilai bagi suaminya. Kehadirannya tidak hanya melengkapi, tetapi juga memperkaya kehidupan suaminya.
Sobat obor, kehidupan yang patut dipuji, kehidupan yang membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain, adalah kehidupan yang berakar pada ketakutan akan Tuhan. Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup kita, Ia akan memberikan hikmat untuk mengelola hidup kita, kekuatan untuk bekerja keras, dan kasih untuk melayani orang lain. Amin (SIS)