Firman Yang Berbuah Dalam Ketekunan
Sahabat-sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan!
Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai seorang pria, suami, ayah, bahkan opa, kita dihadapkan dengan banyak tantangan: beban ekonomi, tuntutan keluarga, dunia yang makin sekuler, dan kadang rasa lelah dalam melayani. Pertanyaannya: bagaimana kita tetap setia menjadi pelaku firman dan menumbuhkan buah yang dikehendaki Tuhan?
Perumpamaan Yesus dalam Lukas 8:4-15 memberi kunci penting. Pada bagian ini Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur yang menabur benih. Dengan jelas disebutkan ada empat macam tanah: di pinggir jalan, berbatu-batu, semak duri, dan tanah yang baik. Benih itu adalah firman Tuhan (ay.11). Jadi fokusnya bukan sekadar tentang penabur, tetapi tentang bagaimana respons setiap orang terhadap firman itu.
Pria/Kaum Bapa yang diberkati Tuhan!
Tiga jenis tanah pertama melambangkan hati yang tidak siap menanggapi firman terjadi karena tiga hal: Pertama, seperti benih yang jatuh di pinggir jalan - orang mendengar, tetapi iblis segera datang dan mengambil firman itu dari hati (ay.12). Ini menggambarkan hati yang keras, tidak sensitif terhadap firman. Kedua, tanah berbatu (ay.13) - orang menerima dengan sukacita, tetapi tidak berakar, sehingga ketika datang pencobaan, dia mundur. Tidak ada ketekunan. Ketiga, tanah yang penuh semak duri (ay.14) - orang yang mendengar tetapi dikuasai oleh kekhawatiran, kekayaan, dan kenikmatan dunia. Firman tidak sempat bertumbuh sehingga ia tidak berbuah. Namun Yesus menekankan jenis tanah keempat: "tanah yang baik," yaitu mereka yang mendengar firman itu dan menyimpannya dalam hati yang baik serta mengeluarkan buah dalam ketekunan (ay.15). Kata "ketekunan" dalam bahasa Yunani hypomone berarti kesabaran yang aktif, ketahanan, kegigihan yang tidak menyerah meski menghadapi tekanan.
Dalam konteks Pria/Kaum Bapa, kita bisa melihat peran kita sebagai "tanah" yang terus disemai oleh firman - baik melalui ibadah maupun perenungan pribadi. Banyak pria merasa sudah "tahu" firman, tetapi dalam realitasnya, firman itu belum berakar dan berbuah dalam kehidupan sebagai suami atau ayah. Kita mudah terjebak dalam rutinitas sehingga hati kita kadang menjadi seperti tanah di pinggir jalan - keras dan tak siap menerima teguran Tuhan. Atau seperti tanah berbatu - antusias ketika ibadah atau kegiatan gereja, tetapi cepat kehilangan semangat ketika masalah datang. Ada pula yang seperti tanah bersemak - hidup dalam kekuatiran soal ekonomi, keuangan, pekerjaan, sehingga firman terlindas dan tidak menghasilkan buah.
Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan.
Kita harus menghayati bahwa, firman hanya berbuah ketika kita menghidupinya terus-menerus dalam ketekunan. Sebagai suami, ini berarti kita tidak berhenti mengasihi dan memahami istri meski ada perbedaan dan kesulitan. Sebagai ayah, membimbing anak dengan sabar, memberi teladan, dan bukan sekadar nasihat. Sebagai opa, kita terpanggil menjadi panutan rohani bagi cucu-cucu, menolong mereka melihat keindahan firman melalui hidup kita. Gereja membutuhkan P/KB yang bukan hanya pendengar firman, tetapi juga pelaku yang tekun. Dunia sekarang menawarkan banyak "semak duri" yang membuat kita lupa untuk mendoakan keluarga, lupa membaca Alkitab bersama, dan bahkan lupa hadir secara sungguh-sungguh dalam ibadah. Karena itu, ketaatan membutuhkan disiplin rohani sehari-hari: membaca firman, berdoa, setia bersekutu, dan terus belajar. Buah tidak muncul dalam sehari. Kita perlu menyirami, merawat dan menunggu dalam kesabaran seperti petani menunggu musim panen.
Mari kita berintrospeksi: apakah hati kita selama ini sudah menjadi tanah yang baik? Ataukah kita masih seperti tanah yang berbatu dan dipenuhi duri? Marilah kita membuka hati dan meminta Allah memperbarui hati kita supaya firman-Nya bertumbuh dan menghasilkan buah nyata: kesetiaan, kasih, penguasaan diri, ketulusan, dan teladan yang mencerminkan Kristus bagi keluarga dan jemaat. Biarlah hidup kita sebagai Pria Kaum Bapa menjadi ladang subur yang menghadirkan buah rohani bagi generasi berikutnya. Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk menjadi "tanah yang baik" yang terus bertekun hingga firman itu berbuah lebat dalam kehidupan kita sebagai Pria Kaum Bapa yang diteladani. AMIN.
Pertanyaan untuk PA:
- Apa yang saudara pahami tentang firman yang berbuah dalam ketekunan menurut bacaan Alkitab saat ini?
- Jenis tanah manakah yang paling menggambarkan hati kita selama ini dalam merespons firman, dan mengapa demikian? Apa saja bentuk ketekunan kita?