Pelita
Beranda Artikel Tentang Kontak
Pelita PKB GMIM 17-23 Agustus 2025

Kebenaran Yang Memerdekakan

Pelita PKB GMIM 17-23 Agustus 2025

Pembacaan Alkitab: Yohanes 8:30-36

Kebenaran Yang Memerdekakan

Sahabat-sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan!

Bacaan Alkitab kita saat ini berbicara tentang kebenaran yang memerdekakan. Kata "Kebenaran" di sini diterjemahkan dari kata bahasa Yunani: aletheia, menunjuk pada kebenaran rohani yang datang dari Allah, termasuk pengenalan akan Kristus sebagai Sang Kebenaran (Yohanes 14:6). Sedangkan kata "Memerdekakan" menunjuk pada pembebasan dari kuasa dosa, bukan kebebasan secara politis. Orang bisa saja mengklaim suatu kebenaran menurut perspektifnya sendiri tapi belum tentu hal itu sesuai dengan kebenaran dari Allah melalui Kristus.

Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan!

Kitab Yohanes ditulis oleh Yohanes, anak Zebedeus, saudara Yakobus, salah satu dari dua belas rasul Yesus. Ia disebut juga sebagai "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 13:23; 21:20). Yohanes menulis Injil ini di akhir hidupnya, kemungkinan di Efesus, sekitar 85-95 Masehi. Tujuan Injil ini ditulis tercantum pada pasal 20:31 "... supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya."

Kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, Yesus mengatakan: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku." Yesus menghendaki iman dan ketaatan penuh melakukan firman-Nya. Kata "tetap" (Yunani: meno) artinya tinggal, berdiam, menetap, mengandung arti hidup yang tertanam dalam kebenaran. Menjadi murid bukan hanya soal awal percaya, tapi soal prinsip dan gaya hidup. Sebab itu di ayat 32 dikatakan bahwa "kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Kebenaran melalui Kristus bukan hanya sesuatu yang diketahui secara intelektual, tetapi dialami secara transformasional.

Mereka tidak memahami makna rohani dari pernyataan Yesus. Orang Yahudi membanggakan status etnis dan leluhur dan menolak bahwa mereka "terikat". Padahal sejarah Israel mencatat bahwa mereka berkali-kali menjadi hamba (di Mesir, Babel, bahkan saat itu di bawah kekuasaan Romawi) bahkan mereka menjadi hamba dosa. Hal ini tergambar pada ayat 33. Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kemudian ayat 34: Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa." Di sini Yesus mengungkap realitas rohani: siapapun yang hidup dalam dosa, dikendalikan oleh dosa. Dosa itu mengikat, memperbudak, dan menuntun pada kematian rohani. Ini menegaskan bahwa masalah utama manusia adalah dosa, bukan status sosial, politik, atau keturunan.

Selanjutnya pada ayat 35 dikatakan bahwa hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Ini merupakan metafora dari hubungan dengan Allah. Kata hamba di sini dapat berarti mereka yang tidak sungguh-sungguh menjadi milik Allah. Sedangkan makna anak yaitu mereka yang memiliki hak warisan, hubungan sejati, dan tempat tetap di rumah Bapa. Hamba bisa dikeluarkan; anak tinggal selamanya. Lebih ditegaskan di ayat 36: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Yesus menunjuk pada diri-Nya sebagai Anak yang memiliki kuasa ilahi untuk membebaskan manusia dari kuasa dosa. Hanya Yesus yang dapat memberi kebebasan sejati, bukan agama, tradisi, atau status etnis.

Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan!

Firman Tuhan saat ini mengingatkan kita bahwa iman sejati harus disertai ketaatan dan hidup dalam firman. Syarat utama mengalami kemerdekaan atau kebebasan yang seutuhnya dalam hidup ini adalah percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Percaya kepada-Nya berarti kita menjadi murid yang taat untuk mengikuti ajaran dan teladan Kristus. Sebab Dialah kebenaran. Tidak ada jalan atau cara lain untuk hidup (keselamatan kekal) selain melalui Kristus. Memang sebagai manusia kita akan diperhadapkan dengan keinginan daging dan godaan duniawi untuk berbuat dosa, tetapi hidup dalam Kristus kita tertuntun oleh Roh Kudus pada ketaatan, kesetiaan, ketekunan melakukan kehendak Allah, sehingga kuasa dosa tidak dapat menaklukkan kita. Demikian juga maut tidak dapat mematikan kekekalan hidup kita dalam Kristus. Iman dan ketaatan kepada Kristus menjadi gaya hidup kita sebagai P/KB GMIM. Hidup kita diwarnai oleh kasih Kristus; Tidak ada ketakutan untuk melangkah dan berjuang. Setiap kesempatan dalam hidup adalah saat-saat yang berharga untuk melakukan firman Tuhan. AMIN.

Pertanyaan untuk PA:

  1. Apa yang saudara pahami tentang kebenaran menurut orang Yahudi dan kebenaran Kristus?
  2. Berikan contoh dan jelaskan figur P/KB yang hidup dalam kebenaran Kristus;