Pelita
MENU
Pelita PKB GMIM 5-11 Oktober 2025

Berbahagialah Bangsa Yang Allahnya Ialah Tuhan

Pelita PKB GMIM 5-11 Oktober 2025

Pembacaan Alkitab: Mazmur 144:1-15

Berbahagialah Bangsa Yang Allahnya Ialah Tuhan

Sahabat-sahabat Pria/Kaum Bapa yang dikasihi dan diberkati Tuhan!

Tuhan tidak hanya ingin kita bahagia, tetapi Dia juga memberi tahu kita caranya melalui Daud! Karena kecerdikannya menggunakan senjata, nama Daud naik daun setelah mengalahkan Goliat dengan ketapel dan batu (lih. 1 Samuel 17). Meski dirinya telah diurapi Allah untuk memimpin Israel, Daud tahu ia tidak dapat bergantung pada kekuatan militer. Dalam Mazmur 144, Daud menyatakan dua hal besar: pertama, pengakuannya bahwa semua keberhasilan datang dari Tuhan; dan kedua, sukacita serta berkat yang diterima oleh bangsa yang menjadikan Tuhan sebagai Allah mereka.

Daud bukan hanya seorang raja, tetapi juga seorang prajurit. Ia paham betul bahwa keberhasilannya dalam pertempuran bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena Tuhanlah yang melatih dan menuntunnya. Ini adalah pengakuannya akan ketergantungan penuh kepada Tuhan. “Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang” (ay. 1).

Pria/Kaum Bapa yang dikasihi Tuhan!

Kita saat ini tidak sedang bertempur dengan pedang atau tombak, tapi kita menghadapi pertempuran hidup: dalam pekerjaan, keluarga, bahkan dalam pelayanan. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah gunung batu, sumber kekuatan kita. Pemazmur juga melihat bahwa perlindungan dan kasih setia Tuhan berlaku baginya dan dia mengekspresikan kekagumannya terhadap Tuhan yang memerhatikan manusia. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya tanpa Tuhan. Namun Tuhan tetap mengasihi dan memperhatikan kita. Betapa besar kasih-Nya! Daud merenung tentang betapa kecilnya manusia di hadapan Tuhan, seperti “angin dan bayang-bayang” dan hidupnya cepat berlalu. Daud memohon campur tangan Tuhan. Ia meminta Tuhan untuk "melengkungkan langit-Mu dan turun", melepaskannya dari "tangan orang-orang asing" yang penuh tipu daya. Ini menunjukkan bahwa di tengah peperangan dan kesulitan, Daud selalu bergantung pada pertolongan ilahi.

Daud juga merasa ngeri pada pertempuran, dan berdoa, “Bebaskanlah aku dari pada pedang celaka” (ay. 11). Daud menggambarkan suatu kondisi ideal dari sebuah bangsa yang diberkati Tuhan: anak-anak yang tumbuh dengan baik, lumbung yang penuh, kawanan domba yang berlimpah, tidak ada kejahatan atau tangisan di kota. Tidak ada kegagalan dan tidak ada keguguran dan tidak ada jeritan di lapangan-lapangan kita! Pada hari itu tidak ada musuh yang datang menyerang, melainkan di mana-mana ada damai. Tidak ada kejahatan di jalan-jalannya.

Pria/Kaum Bapa yang diberkati Tuhan!

Dalam dunia yang penuh dengan kekacauan, ketidakadilan dan tantangan moral, P/KB dipanggil untuk tetap berdiri teguh, bukan dengan kekuatan sendiri, tapi dengan kekuatan dari Tuhan. Inilah gambaran bangsa yang makmur secara rohani dan jasmani, bukan karena kehebatannya sendiri, tetapi karena Allah yang menjadi Tuhan atas bangsa itu. Sebagaimana ungkapan Daud dalam ayat 15: "Berbahagialah bangsa yang demikian keadaannya! Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN!" (ay. 15).

Kitab Suci berulang kali memberi tahu kita bahwa mempercayai Allah menuntun kepada hidup yang berbahagia. "Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN!" kata pemazmur. Di dalam mazmur, ungkapan berbahagialah mengandung arti kelimpahan — suatu sukacita yang meluap-luap. Inilah inti dari mazmur ini: bukan kekayaan, bukan kekuatan militer, bukan teknologi atau kepintaran yang menjadikan bangsa itu bahagia, tetapi karena mereka menjadikan TUHAN sebagai Allah mereka.

Kita hidup di zaman yang penuh godaan, di mana nilai-nilai dunia seringkali menggantikan nilai-nilai kerajaan Allah. Namun, sebagai P/KB — pemimpin rohani dalam keluarga dan jemaat — kita dipanggil untuk meneladani Daud: mengakui ketergantungan kepada Tuhan, hidup dalam kasih setia-Nya, dan membawa bangsa ini kembali kepada Tuhan. Itulah kebahagiaan.

Kebahagiaan tidak diukur dari seberapa banyak harta yang kita miliki atau seberapa tinggi jabatan kita, melainkan dari kenyataan bahwa Tuhan adalah Allah kita. Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama, Dialah yang akan memberkati segala aspek kehidupan kita. Daud memahami ini: kemakmuran bangsa itu bergantung pada hubungannya dengan Tuhan. Ingatlah, kebahagiaan bukan pada apa yang kita miliki, tetapi pada siapa yang kita sembah. Mari kita jadikan Tuhan sebagai satu-satunya gunung batu, penyelamat, dan Allah kita. Saat kita mempercayai Allah, hasil akhirnya adalah kebahagiaan yang mendalam dan sejati. Kepercayaan tersebut mungkin tidak terjadi dengan mudah, dan hasilnya mungkin tidak seperti yang kita bayangkan. Namun, saat kita mempercayai Allah, kita akan berbahagia karenanya. AMIN.

Pertanyaan untuk PA:

  1. Bagaimana P/KB dapat menjadi berkat, sehingga keluarga dan gereja semakin nyata mengalami "Berbahagialah bangsa yang Allahnya ialah TUHAN?"
  2. Dalam hal apa P/KB seringkali mengandalkan kekuatan diri sendiri daripada berserah penuh pada Tuhan?