Firman yang Berbuah dalam Ketekunan
Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Sebagai Wanita/Kaum Ibu, kita tentu rindu agar hidup kita tidak sia-sia, tetapi berbuah dalam keluarga, di tengah hidup bergereja dan di tengah masyarakat. Namun, firman tidak akan langsung menghasilkan buah. Ada proses yang menuntut ketekunan. Ketekunan mendengar, merenungkan dan melakukan firman Tuhan meski banyak tantangan. Jika kita tekun berpegang pada firman-Nya, hidup kita pasti akan berbuah dalam keluarga, di tengah hidup bergereja dan di tengah masyarakat.
Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Tema ibadah kita saat ini adalah "Firman yang berbuah dalam ketekunan". Tema ini diangkat berdasarkan bacaan Alkitab Lukas 8:4-15 yang mengisahkan tentang perumpamaan seorang penabur. Kisah ini diceritakan Yesus kepada orang banyak yang datang menjumpai-Nya. Dalam ayat 5-8, dikisahkan bahwa benih yang ditabur, sebagian jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung. Sebagian jatuh di atas batu, hanya bertumbuh sebentar kemudian layu karena tidak berakar. Sebagian jatuh di tengah semak duri, terhimpit dan tidak berbuah. Sebagian jatuh di tanah yang baik, tumbuh subur dan menghasilkan buah seratus kali lipat.
Selanjutnya dalam ayat 9-10 diceritakan bahwa murid-murid bertanya arti perumpamaan itu, dan Yesus menjawab: Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. Karunia dari Tuhan Allah menunjuk inisiatif dari Tuhan Allah sendiri, bukan hasil usaha manusia. Kerajaan Allah menunjuk pada karya Allah yang dinamis, aktif yang dinyatakan dalam Yesus Kristus. Pemahaman akan Kerajaan Allah bukanlah milik semua orang, tetapi merupakan anugerah bagi mereka yang sungguh mau menjadi murid Yesus dan membuka hati pada firman-Nya.
Jadi, bagi para murid, rahasia Kerajaan Allah diungkapkan, sementara bagi orang banyak, disampaikan melalui perumpamaan agar yang memandang tidak melihat, yang mendengar tidak mengerti. Dengan mengutip Yesaya 6:10 yang menekankan banyak orang mendengar tetapi tetap tidak mendengar, penulis Injil Lukas bermaksud menunjukkan betapa kerasnya hati manusia yang menolak kebenaran. Yesus menyampaikan perumpamaan dengan maksud mengungkapkan kebenaran bagi yang terbuka hatinya, tetapi menutupi bagi yang menolak.
Selanjutnya dalam ayat 11-15, Yesus menjelaskan arti perumpamaan itu. Benih ialah firman Allah. Firman memiliki kuasa memberi hidup, seperti benih yang kecil tetapi berpotensi besar. Benih yang jatuh di pinggir jalan menunjuk pada orang yang mendengar tetapi iblis segera mengambil Firman dari hati mereka, sehingga tidak beriman dan tidak diselamatkan. Benih yang jatuh di atas batu menunjuk pada mereka yang mendengar Firman, menerima dengan sukacita, tetapi tidak berakar. Saat pencobaan datang, mereka murtad. Gambaran iman yang dangkal, tidak memiliki dasar yang kuat.
Benih yang jatuh di tengah semak duri menunjuk pada mereka yang mendengar, tetapi terhimpit oleh kekuatiran hidup, kekayaan dan kenikmatan dunia, sehingga tidak menghasilkan buah matang. Benih yang jatuh di tanah yang baik menunjuk pada mereka yang mendengar Firman, menyimpannya dalam hati yang baik dan berbuah dalam ketekunan. Suatu gambaran hati yang terbuka, taat dan setia sehingga menghasilkan buah. Buah yang dihasilkan tidak datang seketika, tetapi melalui proses.
Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan kepada kita bahwa sesungguhnya Firman Allah adalah sumber hidup, seperti benih yang kecil tetapi memberi hasil besar. Firman itu berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah yang nyata. Buah itu adalah kasih, sukacita, damai, kesabaran, doa, pengharapan, pengendalian diri. Selanjutnya, respons hati manusia menentukan hasil Firman, bukan Firman yang kurang kuasa tetapi kondisi hati yang berbeda.
Kemudian, ketekunan (dalam bahasa Yunani hypomone) adalah kunci. Artinya, iman bukan hanya respons awal, tetapi perjalanan panjang yang menuntut kesetiaan. Ketekunan sejati dibuktikan dengan kesetiaan jangka panjang, bukan semangat sesaat. Dengan ketekunan, hidup kita pasti berbuah bagi kemuliaan Tuhan Allah.
Karena itu, sebagai wanita/kaum ibu, kita diajak untuk tekun membaca firman Tuhan setiap hari. Tanamkan firman dalam doa bersama keluarga. Belajar sabar, karena semua ada dalam proses. Ingatlah bahwa buah tidak muncul secara instan, tetapi dengan ketekunan pasti buahnya akan nampak. Ketekunan dalam mendengar, merenungkan, dan menaati firman Tuhan. Itulah tujuan utama firman yakni menghasilkan buah yang nyata dalam hidup sehari-hari.
Buah-buah rohani akan tampak dalam keluarga, di tengah hidup bergereja dan bermasyarakat jika firman dipelihara dengan tekun. Firman Tuhan saat ini juga mengingatkan kita untuk jangan jadi tanah keras, jangan jadi tanah dangkal, jangan jadi tanah berduri melainkan jadilah tanah yang baik. Simpan firman dalam ketekunan, sehingga hidup kita berbuah bagi kemuliaan Tuhan Allah. Kiranya kita dimampukan untuk memberlakukan firman-Nya, Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Pertanyaan untuk Diskusi
- Apa maksud tema: Firman yang berbuah dalam ketekunan, menurut Lukas 8:4-15?
- Bagaimana Wanita/Kaum Ibu menjabarkan dalam kehidupan sehari-hari, Firman yang berbuah dalam ketekunan?