Allah Sebagai Gembala Memberkati Keturunanmu
Wanita/Kaum Ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Saat ini kita diajak untuk coba memahami Firman Allah yang tercatat dalam Kejadian 48:1-22, dengan sorotan tema "Allah sebagai Gembala memberkati keturunan-Nya", yang dimetaforakan melalui narasi pemberian berkat oleh Yakub kepada kedua cucunya bernama Efraim (si bungsu) dan Manasye (si sulung), anak-anak Yusuf. Ini adalah sebuah kisah indah tentang berkat dan kasih Allah yang turun dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
Yakub, yang sudah menua dan lemah, sedang sakit dan tahu bahwa hidupnya tinggal sedikit waktu lagi, berupaya untuk kuat, ketika diberitahukan tentang kedatangan anaknya Yusuf bersama kedua cucunya. Dalam keterbatasan fisik, Yakub tetap memperlihatkan perannya sebagai figur rohani yang menguatkan iman keluarga. Yakub tampil dengan perannya seperti seorang gembala yang tidak meninggalkan kawanan domba, selalu memberkati dan menuntun mereka. Tugas kegembalaan sangat penting untuk dilaksanakan oleh setiap orang percaya.
Allah menyatakan diri-Nya sebagai Gembala dalam banyak tempat di Alkitab, seperti dalam Mazmur 23 "Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku". Gembala berarti Pembimbing, Pelindung, Pengasuh, dan Pemberi berkat. Yakub yang sudah sangat tua dan lemah, tetap percaya kepada Allah, sebagai Gembala keluarganya (lih.ay.3-4). Dia membawa cucunya kepada Allah dan memberkati mereka dengan iman dan harapan, sekalipun ia dalam kondisi lemah dan hampir meninggal. Yakub percaya bahwa Allah tetap setia, yang tidak hanya memperhatikan generasi pertama, tetapi juga berkenan memberkati keturunan berikutnya.
Sudah menjadi kebiasaan di Israel, bahwa orangtua sebelum ia meninggal, ia akan memberikan berkat terakhir kepada anak-anaknya dan bukan kepada cucu-cucunya. Tetapi mengapa Yusuf justru membawa kedua anaknya dan meminta berkat dari Yakub? Dalam ayat 5 jelas dikatakan bahwa ternyata Yakub telah mengadopsi Efraim dan Manasye sebagai anaknya sendiri, menempatkan mereka setara dengan putera-puteranya yang lain, sehingga Yusuf menerima bagian ganda dalam warisan.
Di momen pemberian berkat atas Efraim dan Manasye, terjadi sesuatu yang tidak sesuai ekspektasi, dan melawan adat di mana Yakub menyilangkan tangan dan meletakkan tangan kanannya di kepala Efraim yang lebih muda, bukan di kepala Manasye yang sulung. Tindakan ini menandakan bahwa Efraim, akan lebih besar dan memiliki keturunan lebih banyak, bukan Manasye si sulung. (lih.ay. 15-16,21). Yang dilakukan Yakub bukanlah sebuah kesalahan, tetapi sedang menunjukkan bahwa berkat dan rencana Allah tidak selalu mengikuti aturan manusia semata. Yakub tidak hanya mengikuti tradisi, melainkan ia percaya pada pimpinan Tuhan.
Wanita/Kaum Ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Firman Tuhan ini mengajarkan kita bahwa Allah sebagai Gembala selalu punya rencana terbaik yang kadang melampaui pemahaman manusia. Kita diajak untuk percaya dan mengikuti pimpinan Allah, terutama dalam pola asih-asah-asuh anak dan cucu kita. Allah menghendaki kebaikan dalam hidup terjadi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal sama, kita pun terpanggil untuk mengandalkan dan menyerahkan keluarga kita kepada Dia, sang Gembala Agung.
Kita harus menyadari bahwa berkat dan perlindungan terbaik hanya datang dari Tuhan, bukan dari usaha manusia semata. Ketika pemberian berkat tidak sesuai ekspektasi, bukan berarti Yakub pilih kasih, tetapi mau menjelaskan bahwa Allah selaku Gembala tidak hanya peduli pada generasi pertama, tetapi juga generasi yang akan datang. Berkat Allah melampaui ekspektasi manusia. Yakub memberkati Efraim, yang lebih muda, lebih dahulu dari Manasye, yang sulung (ay. 17-20). Ini menunjukkan bahwa berkat dan rencana Allah tidak selalu sesuai dengan aturan duniawi, melainkan sesuai dengan rancangan kasih karunia-Nya.
Maka sebagai orangtua, kita tidak perlu kuatir atau membanding-bandingkan anak-anak kita menurut standar dunia, tetapi percaya bahwa Allah memberikan berkat dan rancangan tepat bagi setiap anak secara unik. Kita wajib sadar bahwa sebagai orang percaya, kita memiliki tanggungjawab untuk mengajarkan anak cucu kita mengenal dan mengandalkan Allah. Kita didorong untuk aktif mendoakan, mengajarkan firman, dan mewariskan iman yang hidup kepada anak cucu agar berkat Allah terus mengalir dari generasi ke generasi.
Allah yang kita sembah adalah Gembala kita, yang peduli dan memberkati kita serta keturunan kita. Tugas kita sebagai orang percaya adalah mempercayakan segala sesuatu kepada-Nya. Kita harus berani memberkati dengan penuh iman, mengajarkan nilai-nilai rohani yang benar, dan menanamkan iman kepada anak-anak kita. Jangan pernah meremehkan pengaruh doa dan berkat kita untuk generasi mendatang.
Seperti Yakub yang memberkati dengan iman di saat senja hidupnya, kita pun harus terus memupuk iman dan memberkati keluarga kita tanpa ragu. Marilah kita berdoa agar kita dapat menjadi perpanjangan tangan Tuhan selaku Gembala yang memelihara dan memberkati generasi penerus. Tuhan yang sama, yang telah memberkati Yakub dan keturunannya siap memberkati kita dan anak-cucu kita. Kiranya kasih setia Allah selalu melingkupi keluarga kita, menuntun kita di padang rumput kehidupan agar kita tetap dalam berkat-Nya yang kekal. Amin.
Pertanyaan untuk Diskusi
- Bagaimana kita dapat meniru sikap Yakub dalam memberkati dan mendoakan anak-cucu kita, terutama di tengah tantangan hidup dan keterbatasan yang kita alami?
- Dalam peran kita sebagai orangtua, pendidik, atau pemimpin rohani, bagaimana cara kita membantu menuntun generasi muda agar tetap berada dalam pimpinan dan berkat Allah sebagai Gembala mereka?