Yesus Kristus Adalah Kepala dari Segala yang Ada
Wanita/Kaum Ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Surat Efesus merupakan surat edaran untuk membangun pemahaman gereja yang lebih luas, khususnya seputar tema Kristus, Gereja, dan Kehidupan Baru di dalam Kristus. Adapun, kota Efesus pada masa itu merupakan pusat pertemuan budaya, ekonomi, dan keagamaan dunia kuno, terkenal dengan kuil Artemis dan adanya penyembahan terhadap dewa-dewi serta Kaisar Romawi. Di tengah kontras budaya dan spiritualitas itu, surat Efesus ditulis untuk memperkuat identitas gereja di tengah masyarakat yang penuh tantangan, menegaskan supremasi Kristus di atas segala hal, dan mengundang jemaat hidup dalam kesatuan serta kekudusan.
Surat Efesus diyakini tidak hanya untuk jemaat di Efesus, tetapi juga berlaku secara luas bagi gereja-gereja di Asia Kecil. Banyak ayat dalam surat Efesus ini berisi syukur, permohonan roh hikmat, dan dorongan untuk terus membangun kehidupan doa dan persekutuan yang erat dengan Allah. Efesus pasal 1:15-23, menampilkan doa yang penuh pengharapan dan keyakinan atas posisi Kristus sebagai Kepala Jemaat dan segala ciptaan. Dalam dunia yang penuh tantangan, pengenalan dan penghayatan posisi Kristus sebagai Kepala memberikan kekuatan, kepastian, dan pengharapan bagi setiap orang percaya, terutama bagi para ibu dalam keluarga Kristen.
Ayat 15-16, mencatat tentang doa dengan ucapan syukur sang rasul atas iman dan kasih jemaat Efesus yang nyata. Doa di sini memiliki posisi yang sangat sentral. Doa dipandang bukan sekedar rutinitas, melainkan inti dari hubungan erat dan intim antara orang percaya dengan Allah. Doa sebagai gaya hidup, baik secara pribadi maupun dalam persekutuan. Penulis memulai surat-Nya dengan ucapan syukur dan doa bagi jemaat, serta menekankan pentingnya berdoa secara konsisten dan tanpa henti, (band. 1 Tes 5:17). Bagi penulis, doa menjadi sarana memperoleh kekuatan, kasih karunia, serta sarana memperkuat iman dalam menghadapi tantangan hidup, seperti yang juga tercermin dalam surat Efesus. Doa juga dipahami sebagai jembatan komunikasi dengan Tuhan, penguat iman, dan wujud perhatian kepada pertumbuhan rohani jemaat.
Selanjutnya ayat 17-18. Rasul berdoa agar Allah memberikan kepada jemaat roh hikmat dan wahyu, supaya mereka mengenal Allah dengan benar, dan mata hati mereka diterangi untuk mengerti pengharapan panggilan mereka dan kekayaan kemuliaan warisan yang sudah tersedia bagi orang kudus. Ini berarti, pijakan utama dalam hidup kita sebagai orang percaya adalah mengenal Allah secara pribadi dan benar. Hikmat dan Wahyu di sini bukan sekedar pengetahuan intelektual, tetapi pengertian rohani dari Allah yang menguatkan iman dan menuntun kita dalam hidup.
Rasul kemudian melanjutkan dengan menunjukkan betapa dahsyat kuasa Allah yang bekerja di dalam kita. Kuasa inilah yang membangkitkan Kristus dari kematian dan membuat Dia duduk di sebelah kanan Allah di Sorga. Ini bukan kuasa yang samar atau lemah, melainkan kuasa yang mengatasi dosa, kematian, dan segala kuasa jahat. Kuasa inilah yang kita miliki sebagai warisan dalam Kristus dan yang memampukan kita menjalani kehidupan baru. (Lih.ay.19-20).
Ayat 22-23, Kristus ditempatkan sebagai Kepala atas segala sesuatu. Ayat-ayat ini hendak menegaskan posisi Kristus yang sangat mulia dan terhormat. Ia ditempatkan di atas segala kerajaan, kekuasaan, kuasa, dan pemerintah - segala sesuatu ada di bawah kaki-Nya. Sebagai orang percaya, kita pun dipanggil untuk hidup di dalam kuasa Kristus yang menang, bukan dalam ketakutan atau kefanaan dunia. Kita juga diberi kuasa untuk menjadi bagian dari tubuh Kristus yang membawa kerajaan-Nya ke dunia hari ini.
Sebagai Tubuh Kristus, kita tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan satu dalam komunitas yang dipimpin oleh Kristus. Ini menunjukkan bahwa iman kita bukan hanya hubungan pribadi dengan Kristus, tetapi juga keterikatan dalam kasih dan persekutuan dengan saudara seiman.
Wanita/Kaum Ibu yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Belajar dari bacaan ini, ada tiga (3) hal yang ingatkan kita: Pertama, kita harus membangun kehidupan doa secara konsisten, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk jemaat dan semua orang percaya. Kedua, yakin pada kuasa Allah yang besar, yang terus bekerja dalam hidup kita di tengah menghadapi tantangan. Ketiga, mengakui Kristus sebagai Kepala dalam keluarga dan hidup, sehingga segala sesuatu yang kita kerjakan seperti kita sedang mengerjakannya untuk Tuhan (band. Kolose 3:23). Kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan kerjasama dengan sesama, supaya kasih dan kuasa Allah bisa nampak nyata di tengah dunia yang penuh tantangan ini. Amin.
Pertanyaan untuk Diskusi
- Bagaimana kita dapat mengalami dan mengandalkan kuasa Allah yang besar dalam hidup sehari-hari?
- Mengapa penting bagi kita untuk hidup sebagai bagian dari tubuh Kristus yang dipimpin oleh-Nya?