"Lalu datanglah firman Tuhan kepadaku: Hai anak manusia, berbicaralah kepada teman-temanmu sebangsa dan katakanlah kepada mereka: Kalau Aku mendatangkan pedang atas sesuatu negeri dan bangsa negeri itu mengambil seorang dari antara mereka dan menetapkan dia menjadi penjaganya, dan penjaga itu melihat pedang itu datang atas negerinya, lalu meniup sangkakala untuk memperingatkan bangsanya, kalau ada seorang yang mendengar bunyi sangkakala itu tetapi ia tidak memperhatikan peringatan itu, kemudian pedang itu datang dan meliputi dia, maka darahnya tertimpa ke atas kepalanya sendiri. ... Tetapi jika orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan tetap hidup karena itu. Namun begitu juga bila orang benar berbalik dari kebenarannya dan berbuat curang, maka ia akan mati karena itu."
— YEHEZKIEL 33:1-20
ORANG BERTOBAT DENGAN MELAKUKAN KEADILAN DAN KEBENARAN PASTI HIDUP
Sobat Obor,
Ada banyak pemuda Kristen yang hidup dengan dua ekstrem. Yang pertama adalah kepercayaan diri berlebihan karena merasa sudah cukup rohani: aktif di gereja, ikut pelayanan, dan punya reputasi baik. Yang kedua adalah putus asa berlebihan karena merasa sudah terlalu berdosa dan tak bisa dimaafkan lagi. Keduanya keliru menurut pandangan iman Kristen. Dan bagian firman Tuhan dalam Yehezkiel 33:10-20 ini menyentuh dua kondisi itu dengan tegas dan jujur. Bayangkan seorang mahasiswa yang selama semester berjalan selalu rajin: tugas lengkap, aktif diskusi, punya catatan rapi. Tapi saat ujian akhir, ia santai, tidak belajar, dan malah mengabaikan ujian. Ia berpikir, "Pasti tetap lulus karena aku rajin selama ini." Tapi dosennya menilai berdasar ujian, bukan hanya catatan masa lalu. Sementara itu, ada mahasiswa lain yang awalnya malas, bahkan sempat bolos. Tapi belakangan ia sadar, bertobat, belajar keras, dan lulus ujian dengan baik. Beginilah gambaran keadilan Allah dalam Yehezkiel 33: Tuhan tidak menilai hanya berdasarkan masa lalu, melainkan dari kondisi dan keputusan hati saat ini.
Sobat Obor,
Konteks atau situasi umat Israel saat itu berada dalam pembuangan. Mereka berkata: "Pelanggaran dan dosa kami menimpa kami, dan kami hancur karenanya, bagaimana mungkin kami tetap hidup?" (ay.10). Ini bukan sekadar penyesalan, tapi putus asa. Mereka merasa sudah terlambat untuk berubah. Tapi Tuhan menjawab: "Demi Aku yang hidup... Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan supaya ia bertobat dan hidup" (ay.11). Tuhan menolak sikap fatalistis. Ia bukan Tuhan yang suka menghukum tanpa pengharapan, Ia rindu pertobatan, bukan kehancuran. Tapi Tuhan juga menegur yang merasa aman karena merasa "benar": "Kebenaran orang benar tidak akan menyelamatkan dia ketika ia melanggar hukum." (ay.12). Tidak ada "tabungan rohani." Kebaikan masa lalu tidak jadi jaminan, jika sekarang hidup dalam dosa.
Sobat Obor,
Dalam iman, kita percaya bahwa keselamatan itu dari anugerah Allah semata (sola gratia), diterima oleh iman sejati (sola fide), dan iman sejati itu selalu disertai buah pertobatan dan kehidupan baru. Jadi bukan hanya soal "pernah benar" tapi "terus berjalan dalam pertobatan". John Calvin berkata, "Pertobatan sejati adalah perubahan seumur hidup, bukan sekadar momen emosi." Itulah sebabnya iman sejati ditandai dengan ketaatan yang berkelanjutan, bukan dengan sejarah rohani yang dibanggakan. Tuhan yang adil tidak buta dengan masa lalu, tetapi Ia juga tidak tertawan olehnya. Yang Ia lihat adalah kondisi hatimu hari ini. Pesan Firman untuk pemuda Gereja khususnya Gereja Masehi Injili di Minahasa yaitu sebagai pemuda gereja, kita mudah terlena oleh pencapaian rohani: pernah ikut kegiatan gereja yang besar, jadi ketua panitia, pernah berkhotbah. Tapi firman Tuhan menegaskan: jika kita berbalik dan hidup dalam dosa, semua itu tidak menyelamatkan kita. Sebaliknya, jika kamu pernah jatuh, hidup liar, menjauh dari Tuhan, jangan putus asa. Kalau hari ini kamu berbalik kepada Tuhan, Ia menerima dan menyelamatkanmu. Tuhan sedang berkata kepada kita hari ini: "Aku tidak melihat masa lalumu. Aku menanti pertobatanmu." Hidup rohani bukan maraton tanpa arah, tapi seperti GPS yang selalu meminta re-route jika kita melenceng. Yang penting bukan seberapa lurus jalan kita dulu, tapi apakah kita mau kembali ke jalur yang benar sekarang. Tuhan tidak menilai siapa kamu dulu. Tapi apakah hari ini kamu berjalan bersama-Nya? Jangan hidup dari reputasi lama atau trauma lama. Hiduplah dari kasih karunia yang baru setiap pagi. Jika kamu pemuda gereja yang sedang bergumul, dengarkan firman ini: jangan andalkan masa lalu; bertobatlah hari ini! Tuhan sedang membuka tangan-Nya. Sekarang juga. Terpujilah nama Tuhan Yesus yang dengan tangan terbuka menantikan pertobatan dari teruna gereja, Obor Pembangunan. Amin (DLW).