Upus Ni Mama
MENU
Upus Ni Mama WKI GMIM 28 September - 4 Oktober 2025

Orang Bertobat dengan Melakukan Keadilan dan Kebenaran Pasti Hidup

Upus Ni Mama WKI GMIM 28 September - 4 Oktober 2025

Pembacaan Alkitab: Yehezkiel 33:1-20

Orang Bertobat dengan Melakukan Keadilan dan Kebenaran Pasti Hidup

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Di tengah hiruk-pikuk hidup sebagai istri, mama, oma, janda, pelayan khusus, pekerja rumah tangga, ASN, pedagang, petani, baik di kota maupun desa, kita kerap dihadapkan pada realitas hidup yang berat: kebutuhan rumah tangga, konflik keluarga, pengkhianatan, ketidakadilan sosial, dan bahkan tekanan ekonomi. Namun dalam segala keadaan ini, firman Tuhan datang kepada kita dengan suara kasih dan keadilan: โ€œOrang yang bertobat dan melakukan keadilan serta kebenaran, ia pasti hidup.โ€

Firman ini berasal dari Yehezkiel 33:1-20, ketika umat Israel di pembuangan merasa bahwa dosa dan pelanggaran mereka terlalu besar untuk diampuni. Dalam keputusasaan mereka berkata: โ€œPelanggaran kami dan dosa kami sudah tertanggung atas kami dan karena itu kami hancur; bagaimanakah kami dapat tetap hidup?โ€ (ayat 10). Namun Tuhan menjawab dengan suara penuh belas kasih: โ€œAku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?โ€ (ayat 11).

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Dalam teks ini, kata bertobat berasal dari kata Ibrani shuv, yang berarti berbalik arah dari jalan jahat kembali ke jalan Tuhan. Bertobat bukan hanya soal penyesalan hati, tetapi juga perubahan tindakan. Tuhan, dalam kasih karunia-Nya, tidak hanya menggerakkan hati kita untuk menyesal, tetapi juga membentuk hidup kita agar mencerminkan pertobatan sejati โ€“ melalui sikap dan tindakan yang dipenuhi kasih, keadilan, dan kebenaran. Kata keadilan (tsedaqah) dan kebenaran (mishpat) dalam bahasa Ibrani menunjuk pada relasi yang lurus, tindakan yang benar menurut hukum Tuhan, dan sikap yang membela yang lemah.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai ibu-ibu, pertobatan dan keadilan dapat terwujud dalam berbagai bentuk konkret: Mengampuni anggota keluarga yang menyakiti hati. Jujur dalam berjualan di pasar atau mengatur keuangan keluarga. Menolong sesama mama yang jatuh dalam kesusahan, bukan malah menghakimi atau menyebarkan aib. Membela kebenaran, sekalipun minoritas, dan tetap setia dalam pelayanan, walau tidak dipuji manusia.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Firman Tuhan menegaskan bahwa oleh anugerah-Nya, orang yang dahulu hidup dalam dosa, tetapi kini bertobat dan berjalan dalam kebenaran, akan menerima hidup yang sejati. Ini adalah janji yang meneguhkan iman dan memberi harapan. Namun, bagi mereka yang pernah hidup dalam kebenaran, tetapi kemudian meninggalkan jalan Tuhan, kebaikan masa lalu tidak dapat menjadi jaminan keselamatan. Maka, kita diajak untuk senantiasa hidup dalam pertobatan yang berkelanjutan, memelihara iman dengan setia, dan terus dibarui dalam terang firman Tuhan setiap hari.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Saat ini banyak tantangan sedang melanda kita: Di desa, ada ibu-ibu yang bergumul dengan penghasilan yang tidak menentu, cuaca yang tak menentu untuk bertani, dan keterbatasan sarana dalam mendidik anak-anak. Di tengah kehidupan kota yang serba sibuk dan kompetitif, ibu-ibu dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan teknologi, mengatur keuangan keluarga dengan bijak, dan tetap menjaga keharmonisan rumah tangga di tengah arus informasi yang tak terbendung. Di luar negeri, banyak ibu-ibu yang menjadi tulang punggung keluarga namun juga menghadapi kesepian, tekanan kerja, bahkan ketidakadilan.

Namun di tengah semuanya itu, firman ini memberi harapan yang teguh: Pertobatan sejati yang disertai dengan keadilan dan kebenaran adalah jalan hidup, bukan jalan kematian.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Tanggal 30 September 2025, kita merayakan 91 tahun GMIM Bersinode. Pada tanggal itu, kita mengingat tonggak sejarah di tahun 1934, saat GMIM menyatakan kemandiriannya. Kemandirian itu bukan semata soal struktur organisasi, melainkan juga kemandirian iman untuk berdiri teguh di atas kebenaran Injil dan bertanggung jawab sebagai Gereja yang dewasa dan misioner. Kita diingatkan bahwa Gereja yang hidup adalah Gereja yang bertobat, yang terus melakukan keadilan sosial, pelayanan yang bersih, dan pemberitaan firman yang benar.

Sebagai bagian dari Gereja Masehi Injili di Minahasa, ibu-ibu dipanggil untuk menjadi wajah pertobatan dan keadilan itu di tengah masyarakat, baik dalam peran sebagai pengasuh keluarga, sebagai pendoa syafaat, maupun sebagai pelayan di kolom dan wilayah, di tempat kerja, hingga di ladang Tuhan di negeri asing.

Ibu-ibu yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,

Di zaman ini, banyak orang menuntut haknya tapi enggan bertobat. Banyak bicara kebenaran tapi tidak hidup dalamnya. Firman Tuhan dalam Yehezkiel 33 ini adalah teguran dan pelukan sekaligus. Tuhan berkata kepada kita: โ€œKamu bisa berubah. Aku tidak ingin kamu binasa. Aku ingin kamu hidup. Maka kembalilah, dan hiduplah dalam keadilan serta kebenaran.โ€

Mari, ibu-ibu, kita jawab panggilan ini bukan dengan sekedar ucapan, tetapi dengan hidup yang nyata: berbalik kepada Tuhan, memperbaiki jalan hidup, dan menjadi terang di mana pun kita berada. Karena orang yang bertobat dengan melakukan keadilan dan kebenaran, pasti hidup! Amin.

Pertanyaan untuk Diskusi

  1. Dalam kehidupan ibu-ibu masa kini โ€“ baik di desa, kota, maupun luar negeri โ€“ apa bentuk pertobatan dan keadilan yang paling dibutuhkan, dan bagaimana kita dapat mewujudkannya secara nyata di tengah tantangan hidup sehari-hari?
  2. Bagaimana perayaan HUT GMIM Bersinode ke-91 menjadi momen untuk meneguhkan kembali kemandirian iman ibu-ibu Gereja Masehi Injili di Minahasa dalam menghadirkan keadilan dan kebenaran di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat?

Bagikan: